Saturday, March 31, 2018

[1] Pemakaman Wanita yang Aku Panggil Mama

"Lio, let's go sweetheart... your mama is happy now." Granpa membelai punggung Liora mencoba menenangkan perasaan apapun yang sedang dirasakan Liora saat ini.

"Give me 5 minuets, Gramps. Aku ingin menyampaikan sesuatu kepada Mama." William Ellison mengganguk dan berjalan menuju mobilnya, dia memberikan tanda agar semua pengawal mereka meninggalkan cucunya sendirian.

"Mama..." Liora menumpahkan semua airmatanya lagi, berharap air mata itu dapat menghapus kesedihan di hatinya. Kehilangan mama sama seperti kehilangan separuh dunianya, selama ini semua hal yang dilakukan Liora adalah untuk mamanya. Tidak pernah satu haripun Liora mau hidup terpisah dari mama, bahkan bila ada jadwal pemotretan di luar kota mama harus ikut atau kontrak dibatalkan!

"Mama, Lio janji...." Liora menghapus airmatanya. "Lio janji akan sampaikan pesan Mama ke Papa. Lio akan kembali ke Bali dan bertemu Papa." Liora kemudian memutar kakinya dan berjalan meninggalkan makam mamanya.

Deretan mobil sedan hitam meninggalan Green Wood Cemetery, Liora masih menatap makam mamanya dari jendela mobil hinggal nisan itu sudah tidak terlihat lagi. Liora tidak akan kembali ke pemakaman ini sampai semua pesan terakhir mamanya dilaksanakannya. Sebuah wasiat yang sangat dibenci Liora. 

"Apa yang Mamamu inginkan darimu, Nak?" William menyentuh tangan cucunya. Biasanya William selalu menggunakan mobil yang berbeda dengan cucunya, tapi untuk kali ini dia ingin tau apa pesan terakhir putrinya.

"Mama ingin aku ke Bali, Kek." Liora tidak menatap William, dia hanya menunduk menatap kedua tangannya dan tangan kakeknya yang sudah berkeriput.

"Untuk apa, Sayang? Kau lebih baik di sini menemani Kakek dan hotel-hotel kita juga membutuhkanmu, Nak." Lioara tersenyum dan memandang William, menggenggam tangan kakek tua itu dan menciumnya.

"Kakekku sayang, aku tau Kakek masih sangat-sangat kuat untuk mengurusi semua hotel-hotel kita disini. Anggap saja aku sedang bekerja di Bali kek. Toh, ada salah satu hotel terbesar kita di sana. Anggap saja aku sedang melakukan audit mendadak ke sana."

"Tapi sayang, sudah ada Papamu di sana. Apakah kau yakin dia mau menerimamu disana?" Liora kembali tersenyum. Senyum yang dipaksakan. "Bagaimanapun aku masih memiliki namanya dibelakang namaku, Kek."

Liora tahu tidak seharusnya dia kembali ke Indonesia karena kepulangannya adalah mimpi buruk bagi Abraham Sanjaya. Queen Liora Sanjaya akan mengambil kembali apa yang pernah Mamanya berikan pada Abraham Sanjaya.

"Kakek mau kau mengajak Nina dan Alex bersamamu" Ada nada memaksa dalam kalimat William, dia tidak akan tenang bila cucunya pergi tanpa pengawal.

"Ohh.. come on Gramps, I will be alright."

"No! Bawa mereka atau kau tidak aku ijinkan keluar dari negara ini!" William mengambil ponselnya dan berlagak seolah akan menghubungi seseorang. Jelas saja William punya kuasa itu, dia adalah pemilik hotel termewah di New York. Bukan hanya New York, hampir diseluruh negara bagian Amerika Serikat berdiri hotel miliknya juga dibeberapa negara Asia dan Eropa. Singkatnya, William adalah The Hotel King of The World karena banyaknya hotel yang dimilikinya.

"Aku akan ajak Nina saja, Alex will be with you." William tidak menjawab cucunya dan masih membuang wajahnya menatap deretan pepohonan di pinggir jalan. Liora tahu dia tidak akan pernah bisa menolak keinginan kakeknya.

"Fine... Aku akan berangkat minggu depan, aku harap kakek tidak melakukan apapun untuk menunda kepergianku Aku tidak akan lama, Kek." 

"Jaga dirimu, Nak. Bila kau butuh bantuan apapun, hubungi Kakek. Kau adalah pewaris Kakek, Kau bisa membiarkan hotel di Bali itu membusuk karena Kau punya puluhan hotel bahkan ratusan yang lebih baik dari itu." William merangkul Liora dan Liora membaringkan kepalanya dibahu William.

"I will miss you, Gramps. Oh... Bolehkan aku membawa satu botol parfum kakek, jadi kalau aku kangen kakek tinggal semprotin parfumya ke bantal." 

"Bawa sebanyak yang kau mau, Nak" Liora tersenyum dalam pelukan Kakeknya. Lio tidak ingin memberitahu William bahwa kepergiannya tidak akan secepat yang dibayangkan William. 

Banyak rencana di kepala Liora dan semuanya itu tidak bisa dilakukan dalam satu atau dua bulan, tapi semoga rencana itu tetap terlaksanakan.

***
Liora mebuka pintu kamarnya, disana sudah ada Nina yang sedang mengerjakan sesuatu di komputer Liora. Liora memang sengaja meminta Nina tinggal untuk mencari informasi tentang The Quuen sebelum meraka pergi. Dua tahun bekerja bersama Nina , Liora tahu wanita ini memiliki otak yang sangat cerdas dan pengalamannya bekerja di FBI sangat membantu Liora dalam berbisnis. 

Liora memang baru mulai terjun ke bisnis perhotelan sejak 3 tahun lalu, namun itu waktu yang cukup untuk membawa namanya ke malah Forbes. Di usia ke 25 wajah Nina sudah bertebaran di majalah-majalah Fashion sebagai model Victoria Secret, dua tahun setelah itu wajahany sudah ada di majalah Forbes. 

Ya, Nina mulai masuk kedunia bisnis sejak dia masih aktif sebagai model, tapi sejak dua tahun lalu kegiatan modeling sudah ditinggalkanya. Liora mau fokus mempelajari bisnis perhotelan Kakeknya, perlahan-lahan hotel-hotel William sudah berganti pemilik menjadi Liora. Semua hotel yang dipegang Liora terbukti bisa menjadi lebih sukses dari sebelumnya. 

Di belakang Liora ada Nina dan Alex yang selalu bisa diandalkan sebagai pengawal dan asisten pribadi. Nina dengan keahliannya mecari dan mengelola data secara online, sedangkan Alex dengan kehebatan negosisinya. Keduanya mebuat Liora semakin kuat dan yakin dalam setiap keputusan bisnis yang diambilnya.

"Nina , persiapkan dirimu kita akan berlibur ke Bali." 

"Kita akan pergi berapa lama, Nona?" Nina bangkit dari kursinya dan mulai membantu Liora yang sedang menurunkan kopernya.

"Bawa barangmu seadanya saja, sisanya akan kita beli di sana." 

"Apakah kita ke Bali untuk menghadiri pernikahan pria ini, Nona?" Nina menunjukkan semua halaman sampul majalah dengan wajah sepasang kekasih dengan berita 'General Manager The Queen Hotel akan segera menikah'

"Apa?" Liora menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas layar komputer dari tempatnya berdiri. "Tidak mungkin" Liora melangkah dengan cepat ke meja kerjanya dan membuka berita majalah itu.

Setelah pertunangan yang sudah berlangsung tahun lalu di The Queen Hotel, Rieyu Othniel Yamada akan menikahi tunangannya Thalia Xaquila. Acara pernikahan ini akan dilakukan di Eternity Chapel yang ada di The Queen Hotel. Acara pernikahan ini direncakan akan berlangsung bulan depan....

Liora mengebrak meja kerjanya dengan sangat keras hingga Nina sampai terkejut melihat kemarahan Liora. Liora bukanlah tipe wanita pemarah dan baru kali ini Nina melihat mata Liora semarah itu. 

"Nina , cari tahu siapa wanita ini dan katakan pada Alex untuk memperisiapkan keberangkatan kita secepatnya ke Bali. Dan... yah.. Alex juga akan ikut."

"Baik." Ada jeda sebelum Nina menjawab Liora, bukan karena perintah untuk mencari tahu tentang wanita itu, tapi karena Alex yang akan ikut pergi bersama mereka. Walaupun Nina selalu menutupinya, tapi Liora tahu. Liora tahu bahwa Nina menyukai Alex. Diam-diam Nina pun sedang berusaha mendekatkan mereka. Walaupun Nina kurang cocok dengan Alex. Alex itu semacam mata-mata kakeknya dan dia tidak suka di mata-matai.

Liora meninggalkan kamarnya, dia butuh sesuatu untuk melampiaskan marahnya. Dia marah karena Rieyu akan menikahi wanita lain. Padahal siapa dirinya bagi Rieyu? Mungkin saja pria itu tidak pernah tahu kalau Liora masih hidup. Atau mungkin kalaupun dia tahu, dia pasti akan langsung membunuh Rieyu. Perbuatan Liora pada Rieyu dulu mungkin saja masih meninggalkan kebencian dihati pria itu.

Tapi apakah kemarahan Liora karena dia masih mencintai pria itu?


Meet Liora dengan pakaian berkabungnya. 







No comments:

Post a Comment